#30DaysWritingChallenge - Describe Your Personality (DAY 1)

Hai, selamat datang!
 
Izinkan aku memperkenalkan diri. Aku Tiara Dwi Dikiyanti. Satu hal yang paling malas aku ceritakan ke orang baru adalah bagaimana bisa namaku Dwi yang mana punya arti "Dua" alias Anak Kedua padahal aku adalah anak pertama. Ya, aku punya kakak, mas Sika, yang telah diminta oleh Sang Kuasa sejak 7bulan dalam kandungan.

Percaya atau tidak, aku hampir menyontek hasil tes kepribadianku untuk menulis ini karena aku sangat bingung harus menulis dari mana. Syukurlah, hasil itu entah dimana sekarang jadi aku bisa menulis ini sesuai dengan yang kurasakan sekarang. Oke, mari kita mulai.

Salah satu yang bisa terlihat mungkin disini adalah aku suka dengan tantangan baru untuk hal yang aku suka. Challenge ini misalnya. Terima kasih kepada mutualku yang telah menyukai tweet dari Mbak Andina Dwifatma sehingga tweet ini bisa terjangkau olehku dan pastinya terima kasih ke Mbak Andina karena dengan challenge ini nampaknya bisa menghidupkan gairah tulis menulis netizen twitter. Sejak SMP aku sudah mengenal blog dan mulai menuliskan sesuatu yang sedang ingin aku tulis. Blog ini punya banyak tulisan yang sudah aku urungkan karena kalau dilihat-lihat hanya berisi tentang curhatan asmaraku saja hahaha. 

Tiara. Teman-temanku bilang Tiara ini orangnya paling nggak bisa marah, bisa pun nanti kalo digodain terus juga bakal ketawa lagi. Aku orangnya nggak bisa dibentak. Mau marah pun nggak bisa jadinya malah nangis. Atau ini emang sifat kebanyakan perempuan ya? Entah deh tapi ini aku. Terus katanya aku murah senyum, pelupa, santai banget orangnya. Kadang aku merasa cinta banget sama diriku karena kesantaianku ini nggak bisa dimiliki orang lain. Sejauh ini, aku bertingkah santai dan semuanya bisa dihandle baik. Ya walaupun pernah juga karena terlalu santai ini berujung petaka entah dapet omel orang tua atau ketinggalan kereta misalnya. Santai dan deadliner beda tipis kalo dipikir-pikir ya. Nampaknya aku bisa menerima dengan julukan sebagai orang jawa yang "nerima ing pandum". Menerima apa adanya. Hidup jadinya slow aja, apa yang ada dinikmati, disyukuri, yang penting terus berjuang semaksimal semampu diri kita. Hasilnya kita pasrahkan ke yang Maha Kuasa.

Jeleknya aku adalah aku orangnya cuek, kurang peka dengan sekitar. Tapi aku baru saja diketuk oleh Allah sehingga aku sadar bahwa ini sesuatu yang kurang baik dan aku terus berbenah diri untuk belajar lebih peka. Tahu apa enaknya jadi orang cuek? Kamu bisa ngerasa kuat dengan omongan tetangga yang nyelekit tapi kalo omongan tetangga nyelekitnya level maksimum ya tetep nggak bisa dibiarin sih. Lalu, kamu bakal nggak punya bahan buat gosipin orang karena kamu nggak peduli dengan hidup mereka. Lumayan kan jadi nggak dosa. 
 
Aku akan lebih termotivasi untuk melakukan sesuatu jika sudah jelas apa yang akan ku capai, apa yang akan ku dapat. Pikiranku akan kufokuskan ke satu hal itu. Dari SMP rasanya ilmu-ilmu psikologi tentang berpikir positif bener-bener nyangkut di otak. Ada kalimat yang selalu diucapkan dari guru BK-ku saat SMP, "Berpikir positif. Merasa Positif. Menjadikan hidup lebih indah". Yang ternyata secara nggak langsung itu bener-bener jadi acuan aku berpikir, selalu mencari celah positif di setiap hal. Tidak dengan mudah menilai orang. Buruknya adalah kadang aku terlalu positif dan aku baru menyadarinya di masa kuliah. Jadi, aku minta maaf banget buat teman-teman yang ngerasa aku malah menjadi toxic positivity. Maaf karena aku menolak kesedihan kalian padahal bersedih itu manusiawi. 

Sedikit mengulik tentang hasil tes kepribadian berdasarkan tes sidik jari. Yang aku ingat dari situ adalah aku lebih condong di otak kiri dan aku tidak cocok untuk bekerja menjadi KOAL. LOL. Jadi, dulu waktu tes aku masih bercita-cita menjadi seorang KOAL karena sepertinya cuman ikut-ikut aja itu hahaha. Ya, KOAL pasti pendidikannya militer gitu kan yang sebenernya emang aku nggak suka bentak-bentak gitu tapi aku cukup memberanikan diri waktu itu. SMA yang ospeknya cukup dibentak-bentak juga tiap pulang selalu nangis di angkot. "Ya Allah kenapa 4 hari berasa lama banget. Aku gak suka dibentak ya Allah. Orang tua aku aja nggak pernah ngebentak aku kayak gini kok mereka beraninya ngebentak aku begini" Semoga waktu itu nggak ada yang tau kalo aku lagi nangis di angkot. 

Aku adalah orang yang menomorsatukan keluarga. Nggak hanya keluarga, mau kamu sahabat atau pacar, kamu akan selalu jadi prioritas di hidupku. Dimana aku merasa kehangatan, cinta, dan kenyamanan, kamu akan ku prioritaskan. Aku sangat menghargai waktu bersama orang yang aku sayang, mau seberapa bentar waktu supaya bisa bertemu untuk bertegur sapa, aku akan sempatkan. Tidak ada yang tau dengan lama umur kita kan. Hasil Love Language ku adalah: Quality Time. Jaman maba, berapa banyak pelatihan yang harus aku tinggal kalau ternyata itu memakan waktu weekend dan waktu berkumpul bersama keluarga. Apalagi saat itu ayah cuman pulang sebulan sekali waktu lagi ambil proyek di Lombok. Aku sangat tidak peduli dengan konsekuensi kakak tingkat yang bakal marah lah atau aku nggak dapet sertifikat pelatihan. Keluarga nomor satu. 

Singkatnya, Tiara adalah orang yang nggak bisa marah, murah senyum, friendly, pelupa, penurut, cuek. Semoga kepribadian yang buruk bisa berubah menjadi lebih baik dan yang baik semakin baik. Intinya, jangan pernah berhenti berproses untuk menjadi lebih baik. Jangan berkaca pada orang lain tapi berkacalah pada dirimu yang lalu. Apakah kamu sudah menjadi orang yang lebih baik? Jika belum, ayo. Jangan mau terjebak dengan sesuatu yang buruk. Jaga semua hal untuk selalu seimbang. Jangan ada yang kurang dan jangan ada yang lebih. Teruslah bangun saat terjatuh, ambil makna dan berkahnya.

Semangat kawan, jangan lupa senyum dan bahagia😊




Komentar

Postingan populer dari blog ini

#30DaysWritingChallenge - Write About Happiness (DAY 9)

#30DaysWritingChallenge - A Memory (DAY 3)

#30DaysWritingChallenge - Your Parents (DAY 5)